Jumat, Agustus 16

satu cita, beribu kisah

Satu Cita, Beribu Kisah || Hampir 2 tahun meninggalkan dunia per-Blog-an. Entah karena keasyikan menjalani kehidupan sebagai mahasiswi atau karena bingung mana yang harus diceritakan terlebih dahulu. Ya, terlalu banyak cerita yang sudah terlewatkan selama setahun belakangan, yang tak sempat diceritakan di sini. Oh iya, sekarang saya melanjutkan cita-cita saya di UNLAM. Bukan universitas Lampung loh ya, tapi Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Saya kuliah di jurusan Pendidikan Dokter 2012. Banyak cerita yang harus saya tulis, mengapa akhirnya kaki saya menapak di tanah Banua, KalSel. Senang, sedih, kecewa, dan kebanggaan bercampur mewarnai kehidupan baru saya.

 Mungkin mimpi saya sama seperti teman-teman di SMA saya dulu, masuk PTN Favorit di Jawa, dan begitu pula saya. Sampai pada akhirnya saya memilih UGM dan UNLAM sebagai pilihan saya di SNMPTN-Undangan. Keduanya di prodi Pendidikan Dokter. Tak ada yang lain selain kedokteran di otak saya. Hmm.. pilihan sudah ditentukan, saatnya berdoa dan menunggu. Sambil menunggu pengumuman undangan saya mengikuti bimbel untuk persiapan SNMPTN-Tulis. Saya akui, saya tak terlalu sungguh-sungguh mengikutinya. Ya, berharap saya bisa lolos tanpa hambatan di SNMPTN-Undangan, padahal saya sadar bahwa saingan-saingan saya yang mendaftar di universitas dan prodi yang sama dengan saya lebih potensial untuk lulus daripada saya.

Sampai pada akhirnya hari pengumuman tiba, masih lekat di pikiran 25 Mei 2012, waktu beranjak maghrib, saya bersiap pergi melihat pengumuman bersama secara online sambil shalat berjamaah di masjid di kompleks perumahan. Sebelum sholat teman saya datang dan membawa kabar gembira, dia lolos Undangan FKG UI. Sampai saat itu saya belum berani mellihat pengumuman. Selesai sholat saya melihat pengumuman di masjid melalui hp, dan hasilnya, saya tidak lolos seleksi kali ini. Sedangkan teman yang juga ikut sholat berjamaah ada yang lolos FKG UGM, namun, ada juga yang bernasib sama seperti saya, mimpinya belum dikabulkan di seleksi kali ini. Seketika itu juga, tanpa dikomando lagi, air mata jatuh bercucuran, sambil menutup mulut (takut-takut suara tangis saya terdengar orang lain, dan mengganggu kekhusyukan orang lain yg juga sedang beribadah di masjid yang sama). Oke cukup bersedihnya, waktunya STAND UP! Walaupun tinggal seminggu menuju SNMPTN-tulis, saya yakin saya bisa, saya sudah tidak peduli lagi dengan kegagalan saya yg kemarin. Semua pasti ada hikmahnya. Ya, dalam hidup 1+1 belum tentu sama dengan 2, could be less or more, right?
‘Saya pernah gagal, tapi saya tak pernah menyesali kegagalan tersebut’
Gagal di jalur yang satu, cari jalur yang lain. Saya dan orang tua mulai mendaftar di beberapa PTN yang sudah mulai membuka pendaftaran untuk jalur mandiri. Padahal saat itu SNMPTN-Tulis pun belum diselenggarakan. Saya sadar, saya bukanlah berasal dari keluarga yang kaya harta, keluarga saya hanya keluarga berkecukupan dengan seorang ayah yang menjadi tulang punggung tuggal keluarga kami. Namun, semangatnya untuk menguliahkanku jauh lebih besar dari apapun. Bahkan lewat jalur mandiri yang bayarnya berlipat-lipat lebih mahal pun, saya tetap didukung penuh oleh mereka. Saking cemasnya, mereka bahkan merekomendasikan untuk mendaftarkanku di kelas Internasional, yang notabene punya kans lebih besar dalam penerimaan mahasiswa dibanding snmptn. Melihat biaya pendaftarannya yang menurut saya sangat mahal (red:1,5 jt) saya sempat menangis dalam hati, tak tega rasanya. Saya pun menunda untuk memutuskan untuk mendaftar di kelas internasional UGM. Sampai SNMPTN-Tulis tiba, lokasi ujian saya di perpustakaan besar UNMUL, Samarinda, bersama rombongan teman-teman lain dari SMA YPK yang juga berlokasi di sekitar kampus UNMUL Samarinda. Alhamdulillah, Allah memudahkan langkah saya karena saya mendapat ruangan ujian yang nyaman dan kondusif untuk mengerjakan soal SNMPTN. 2 hari ujian telah berlalu. Rasanya, lega dan pasrah. Ya, baru kali itu sesaat setelah ujian berakhir saya merasa seperti orang yang siap dieksekusi, kehilangan asa dan semangat hidup. Tak ada komentar yang keluar dari mulut saya, ketika di angkot yang sudah dicarter oleh sekolah kami, teman-teman pada membahas soal ujian tadi. Saya hanya tersenyum ketika mereka mananyakan bagaimana pendapat saya tentang soal SNMPTN tadi. Jujur, saya bisa mengerjakan soal tersebut, tapi saya tidak yakin saya akan bisa menembus passing grade.
‘Ada kalanya kita sampai di satu titik dimana kita harus pasrah, diam, ikhlas dan tidak memikirkannya lagi...’
 Pengumuman SNMPTN-Tulis masih sebulan lagi. Sehari setelah pulang tes SNMPTN di Samarinda, saya, ibu, dan kedua adik saya yang masih kecil berangkat ke jogjakarta. Mengurus daftar ulang UMY (saya diterima jalur PMDK di UMY silahkan baca di post sebelumnya ), mengikuti bimbel intesif simak-UI, dan mendaftar kelas Internasional UGM. Kami tinggal di sebuah rumah kontrakan kecil di daerah Jombor Kidul, Jogjakarta. Tidak ada kipas, mesin cuci, kompor, semuanya kosong. Kasur pun pemberian empunya kontrakan. Tidur di kasur kapuk dan tikar di lantai, tidak ada hiburan selain laptop yang saya bawa. Dan satu lagi, ada anjing besar yang selalu mengonggong sambil mengeluarkan liurnya di depan kontrakan kami. Dengan dibantu mantan tetangga saya di Bontang dulu, Om Agus, saya mulai mencari bimbel yang menyediakan untuk pasca-SNMPTN. Cukup sulit awalnya.

Tapi akhirnya ketemu, ada satu bimbel yang menyediakan kelas khusus SIMAK-UI, yaitu Nurul Fikri. Oke saya mendaftar, dan dimulailah bimbel intensif. Setiap hari dengan taksi ojek Pak Joko saya pergi bimbel, maklum saya gak mungkin ngerepotin Om Agus terus, dia juga punya kerjaan yang mesti diurus. Kadang kalau pak Joko gak bisa jemput saya harus naik Bus Trans Jogja.



 Dan turun di terminal Jombor Kidul, saya harus jalan kaki lagi 1,5 KM untuk sampai kontrakan. Capek, panas, muak. Pasti. Satu-satunya obatnya penawarnya adalah ekspresi lelah dan kesabaran yang terpancar dari raut ibu dan kedua adikku, yang rela tinggal di kontrakan super sederhana selama sebulan, hanya untuk menemanikku bimbel. Aku harus menyelesaikannya sampai akhir. Tak peduli menjadi pemenang atau tidak, yang penting terus berlari hingga garis finish.



Sebulan berlalu. . . Sehari sebelum kepulanganku dari Jogja menuju Balikpapan untuk mengikuti SIMAK-UI di Balikpapan (saya tidak memilih lokasi tes SIMAK di Jogja, tapi di Balikpapan) malamnya pengumuman SNMPTN Tulis sudah bisa dibuka. Banyak SMS yang menanyakan,” gimana hasilmu ven?” tapi tak ada satupun yang kubalas. Bukan habis pulsa, atau ditolak untuk kedua kalinya. Tapi saya sudah tak berhasrat untuk melihatnya, sampai ibunya teman saya, A*** menelpon ibu, menanyakan bagaimana nasibku. Tapi ibu menjawab kalau aku belum melihatnya, lebih tepatnya tidak ingin melihatnya. Sampai akhirnya saya menyerah, rasa penasaran menggerogoti begitu tahu dia diterima di pilihan pertama, T.Ling-UNDIP . Saya pun membuka web SNMPTN TULIS, setelah mengisi dan klik enter ternyata servernya gak bisa kebuka. Akhirnya buka di web ugm, dan hasilnya ‘no. Peserta anda tidak ditemukan’. Yup, ditolak UGM untuk ke-2 kalinya. Saya coba lagi buka di web SNMPTN resminya. Dan ternyata, DITERIMA di pilihn ke-2 . Pendidikan Dokter-Universitas Lambung Mangkurat. Perasaannya? Bersyukur, tapi tidak merasakan euphoria seperti teman-teman lain yang diterima di pilihan pertama. Saya memberitahu ibu, dan menelpon bapak di Bontang, mereka senang dan bersyukur saya di terima di PTN, walaupun di UNLAM. Kata mereka, yang penting dokter.


 ‘Kadang menginginkan sesuatu yang terlalu tinggi, membuat kita harus terjatuh berkali-kali dan bangkit lagi untuk yang kesekian kalinya..’ 
Keesokannya saya dan ibu sampai di balikpapan, adik saya yang laki-laki serta bapak menyusul ke balikpapan. Di bandara saya bertemu banyak teman SMA saya, yang juga berniat mencoba peruntungan di SIMAK-UI. Selesai mengerjakan ujian SIMK-UI, saya dan bapak langsung pergi menggunakan bus menuju Banjarmasin untuk tes kesehatan dan daftar ulang. Sedangkan ibu dan adik-adik kembali pulang ke Bontang. Perjalanan darat dari Balikpapan menuju Banjarmasin menghabiskan waktu sekitar 18 jam. Disinilah dimulai kisah perjalanan luar biasa saya. Jujur, ini adalah kali pertama saya menggunakan bus umum di kalimantan. Kami mendapat bus yang berAC pas-pasan dan tidak ada toiletnya, terpaksa, saya harus menahan hasrat minum lebih kuat. Kami duduk di kursi belakang. Perjalanan dimulai, setelah setengah jam melaju, bus harus menyebrangi laut. Sampailah kami di pelabuhan penyebrangan, semua penumpang disuruh turun. Karena melihat bus kami masih parkir untuk antri menaiki feri di pelabuhan. Saya dan bapak pergi sholat maghrib dan dijamak isya sekalian, takutnya ga sempet nanti di perjalanan. Selesai sholat ternyata bus kami sudah masuk feri dan, ferinya baru lepas jangkar. HAAAAHH! Gila rasanya. Terduduk lemas, dan bingung. Koper dan berkas untuk daftar ulang ada di koper di dalam bis. Atas saran dari petugas pelabuhan saya dan bapak naik ke feri satunya dengan menumpang bus samarinda lestari kelas SUPER ekonomi. Kenapa super? non-AC, asap rokok dimana-mana, ayam jago pun jadi penumpang gelap, serta sepeda motor di dalam bus tersebut.

“sesuatu yang aneh justru menjadi ingatan yang paling melekat”

 Dalam hati saya mengumpat “what the ****!” Nanti di tunggu di rumah makan di sebrang dermaga biasanya, ucap salah satu penumpang yg berbaik hati membagi tempat duduknya untuk kami, orang2 yang tersesat dan tak tau arah jalan pulang. Hahah. Lirik lagu dibawa-bawa. Oke, sampai dirumah makan saya buru-buru turun dan langsung bertanya pada pemilik rumah makan, “pak tadi ada bis AC yang berhenti disini g?”. “oh ada mba, tp br 5 menit lalu pergi” ohhh rasanya lutut lemes banget, dan dirumah makan itu sesuappun gak sudi untuk saya makan. Menggerutu sendiri, gak peduli orang lain ngeliatin dengan mimik muka yang sama. Ngerik. Angker banget nih cewek, mungkin itu yg di batin mrk. Oke lanjut ke perjalanan, tentunya masih dengan bis serba muat, sampai di suatu titik saya bertemu dengan bis saya yg sebenarnya secara tidak sengaja, intinya di bis yg awalnya saya tumpangi ada penumpang yang ke toilet. Makanya pas bisa ketemu sm si bis bobrok. Fyuhhh. Kalo ada kata yang lebih buat LEGA, mungkin itu yang bisa mewakilkan.  Cobaan gak sampe situ. Paginya AC bis yang sy tumpangi RUSAK men, dan MATI TOTAL. Dengan semua jendela yang tertutup rapat, krn mmg bisnya didesain untuk AC. Apalagi iniii. Jadilah ikan steam siap dihidangkan. Ya, ALLAH apa lagi ini. Untung gak lama kita sampai di tempat tujuan BANJARBARU.


 Besoknya saya rencana tes kesehatan di FK UNLAM BJB, dan pagi itu saya datang sangat on time, tapi tetap gak dapat nomor antrian, kata panitia harus nunggu besok. Apa besok? Woy gw udah beli tket tau buat penerbangan besok, gila ya. Akhirnya nunggu di depan sound system, ya pas di sampingnya, supaya kalau nama saya dipanggil saya bisa langsung tes. Setelah minta keringanan dari panitia akhirnya nama saya dipanggil. Kesan saya pertama di kampus FK UNLAM BJB, angker, dan daun berserakan dimana, seperti kurang terurus. Kelebihannya, hijau, ya masih banyak pohon.

 Tapi ternyata kami, mahasiswa Pend. Dokter 2012 di tempatkan di kampus yang baru, yang bersih dan kinclong, meski tidak hijau.


Saya yakin dengan apa yg sudah Alloh pilihkan untuk saya. Saya bahagia bisa menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran terbesar di Kalimantan, Univ. Lambung Mangkurat.

“Saya sudah tahu -- semenjak semula -- bahwa jalan yang kutempuh ini adalah tidak ada ujung. Dia tidak akan habis-habisnya kita tempuh. Mulai dari sini, terus, terus, terus, tidak ada ujungnya. Perjuangan ini,meskipun kita sudah merdeka,belum juga sampai ke ujungnya. Dimana ujung jalan perjuangan dan perburuan manusia mencari bahagia? Dalam hidup manusia selalu setiap waktu ada musuh dan rintangan2 yang harus dilawan dan dikalahkan. Habis satu muncul yg lain,demikian seterusnya. Sekali kita memilih jalan perjuangan,maka itu jalan tak ada ujungnya. Dan kita, engkau, aku, semuanya telah memilih jalan perjuangan.” 
― Mochtar LubisJalan Tak Ada Ujung


 Cukup kayaknya, terlalu banyak yang harus diceritakan. Walaupun termasuk very late late post, tapi better late than never, right?

 Enjoy readears, this writing based on true story. haha. See ya!



Tidak ada komentar: