Kamis, Juni 17

sebuah puisi dan kisah elang



karya: venna febrian (hehe narsis dikit)


Aku menyesal…Kali ini aku benar-benar menyesal.

Aku hanya bisa memandangimu.
Di gundukan tanah di taman seroja itu.
Harum bunga dan guguran seroja kubiarkan bersemayam di makam.
Tangisanku sudah mongering namun luka pedih hati ini tak kunjung redam.

Salah. Aku memang betul-betul salah.
Aku salah menilaimu.
Bukan kelemahlembutan, bukan hadiah dan bukan pula pujian.
Kau tak memberiku itu semua.
Namun, kau memberiku satu lagi pelajaran berharga dalam hidup.
Tak selamanya cinta dan kasih sayang harus diungkapkan dengan semua itu.
Dan semua itu tak bisa memberikan bukti yang valid untuk mengukur kasih sayang seseorang

Disaat dadaku hampir saja meledak menahan tangis
Disaat tanganku bergetar menahan amarah
Disaat mataku tak bisa berbohong…
Bahwa dia yang membuatku tegar

Yang terpenting untuknya adalah hidup tak selalu berjalan seperti yang dibayangkan
Orang-orang manja dan selalu bergantung
Orang-orang yang tak tahu dimana ia harus mengadu (kepada-Nya)
Orang-orang yang selalu menilai sesuatu tanpa mengoreksi dirinya
Akan tersingkir dari peradaban dunia hanya dengan sekali sentakan. Cukup sekali.
“Dunia itu keras, jadilah pemberani setidaknya untuk dirimu sendiri” itulah yang ia ucapkan
Dan itulah yang kurasa sebagai hadiah pertama dan terakhir darinya
Aku menyesal pernah mengatakan “aku membencimu!”
Tak kusangka ia pergi secepat itu, secepat aku menyesali perkataanku itu
Meninggalkan begitu saja cerita berharga itu untukku
Aku tahu hidupmu berharga bagi orang lain. Terutama untuk orang sepertiku.

*

Hadiah terbesar yang dapat diberikan oleh induk elang pada anak-anaknya bukanlah serpihan-serpihan makanan pagi.
Bukan pula, eraman hangat di malam-malam yang dingin. Namun, ketika mereka melempar anak-anak itu dari tebing yang tinggi.
Detik pertama anak-anak elang itu menganggap induk mereka sungguh keterlaluan, menjerit ketakutan, matilah aku!
Sesaat kemudian, bukan kematian yang kita terima, namun kesejatian diri sebagai elang, yaitu terbang. Bila tak berani mengatasi masalah, kita tak akan menjadi seseorang yang sejati.

Puisi itu kubuat setelah membaca kumpulan cerita inspirasi dari ceritainspirasi.net. (loh kenapa bahasaku jadi berubah gini ya? Ehemm tes tes ganti ) terus kalo cerita elang itu aku jg baca di blog inspirasi. Dua-duanya berhubungan. Hehehe. Jadi cerita elang itu maksudnya memperkuat makna yang ada di dalam puisi yang kubuat. Sekaligus sumber referensi dalam membuat puisi diatas.

Okee, mungkin aku memang gak jago buat puisi. Tapi gak ada salahnya share di blog. Karena kekuatan suatu karya akan terasa apabila dibagikan ke orang yang ingin menikmatinya. Caelahhhhh. Kayak petir di siang bolong ya. Ngwagetinn. Haha sok bijak banget sih lu ven. Wehehe. Udahlah daripada makin ngelantur mending caw.. dulu. Hehe.

Night readers ^^’