Selasa, Mei 17

Apa yang salah dengan prinsip?

Sering saya berfikir berkali-kali kenapa saya mempunyai prinsip seperti itu? Bukankah prinsip tersebut justru membawa saya pada rentetan kegagalan yang sedang saya alami? Apakah sudah pantas anak kemarin sore seperti saya memiliki prinsip itu, dan menjadi tampak sedikit idealis diantara remaja yang lainnya? Beitu banyak rentetan pertanyaan yang ingin saya tanyakan kepada-Nya malam nanti. Waktu khusus yang saya sediakan untuk ‘curhat’ dan sekedar membasuh mata.


Setelah rentetan kegagalan yang saya alami belakangan membuat saya banyak bertanya terhadap diri saya, “Sampai kapan saya mampu bertahan?”.

Sampai kapan saya bisa sabar menerima nilai-nilai yang terus menurun, pandangan sinis orang terhadap saya, melihat kebahagian orang lain diatas keterpurukan nilai sendiri dan godaan untuk goyah pada prinsip.

Ya, bukan lusa, bulan lalu, atau semester lalu prinsip ini menjaga hati saya untuk tetap ‘lurus’ pada jalurnya. Tapi Sejak kecil , orang tua saya terutama Bapak saya mengajari dan menanamkan bahwa “hidup ini harus sederhana dan apa adanya. Bertindak, berbicara, dan berpikir jujur.”

Sejenak kata-kata itu yang terngiang di telinga saya, pada saat teman-teman mengerjakan soal ulangan dengan gaya anak SMA yang ‘sebenarnya’. Mungkin dalam pikiran teman-teman saya, kenapa saya begitu idealis , sok suci, pelit, sombong dsb. Sudah menjadi makanan ringan buat saya apabila teman-teman saya tadi mengatai saya seperti itu.

Saya hanya ingin dan hanya bisa memberikan sebuah kepercayaan ,kepada orang tua saya. Tidak lebih dari sebuah kejujuran terhadap nilai-nilai yang terpampang di rapor saya nanti. Cuma itu. Apakah itu salah? Bukan pelit sombong atau sok suci, Saya tidak inging melawan hati nurani saya. Dan saya hanya tidak bisa membohongi banyak pihak. Diri sendiri, orang tua, guru, dan Allah, yang menciptakan saya dalam berbagai macam kenikmatan sekarang.


Saya memang ambisius, saya ingin menjadi yang terbaik. Tapi ... untuk yang pertama kalinya air mata saya jatuh karena saya harus gagal sendiri demi memegang prinsip. Mungkin sebelumnya saya cukup kuat untuk menahannya keluar, sampai bendungan yang saya bangun, motivasi yang saya buat sudah tidak sanggup lagi menahan bulir air mata yang terus jatuh...


saya ucapkan terimakasih yang sangat besar,kepada seseorang yang telah memberikan pelajaran hidup kepada saya, ketika saya mulai goyah untuk tetap menjaga nilai kejujuran, ketika saya mulai tergoda untuk mengikuti arus “Lakukan Apapun” . terimakasih untuk mengatakan “bangga” kepada seorang yang sedang gagal dan jatuh seperti saya... karena gagal di dunia bisa ditebus, tapi menjadi orang gagal di sisi Allah susah di hapus. Semoga rahasia Allah ada dibalik kegagalan saya kali ini.. Amin.

Tidak ada komentar: